Beberapa tahun lalu, Probolinggo dikenal luas dengan sebutan Kota Seribu Taman. Indah, hijau, dan penuh nuansa teduh. Namun, di balik keindahan itu, sebuah gerakan baru mulai lahir: gerakan teknologi, kreativitas, dan pendidikan masa depan. Dan salah satu pionir yang mengusung semangat ini adalah Robotku School, sebuah lembaga coding dan robotik anak-anak yang kini berkembang pesat di Probolinggo dan sekitarnya.
Hari itu, Jumat-Sabtu (20–21 Desember), suasana Rumah Batik Kota Probolinggo di Jalan Mastrip, Kelurahan Kanigaran, begitu berbeda. Biasanya ruang itu dipenuhi karya batik tradisional, namun kali ini meja-meja berisi robot mini, sensor, Arduino, dan kit coding anak-anak berjajar rapi. Anak-anak kecil dengan wajah penasaran berdesakan, sementara orang tua mereka tersenyum bangga.
Acara ini secara resmi dibuka oleh Wali Kota Probolinggo. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan apresiasi kepada Robotku School yang telah menghadirkan pameran robotik pertama di Probolinggo. Wali Kota menekankan pentingnya pendidikan berbasis teknologi sejak usia dini agar anak-anak Probolinggo mampu bersaing di era digital. “Kami mendukung penuh inisiatif seperti ini, karena membekali anak-anak dengan coding dan robotik berarti mempersiapkan masa depan kota ini,” ujar beliau.
Inilah momen bersejarah: Pameran Robotik pertama di Kota Probolinggo.
Mengapa Robotik untuk Anak Usia Dini?
“Kalau anak kecil kan tidak tahu nanti ingin jadi apa. Jadi, kami kenalkan kalau ada profesi sebagai programmer, pembuat game, pembuat robot seperti ini,” ujar Gamma Kristian Adikurnia, pendiri Robotku School, yang kini berusia 29 tahun.
Gamma, dengan gaya komunikatif dan penuh semangat, menjelaskan tujuan sederhana namun besar: mengajarkan anak-anak untuk tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta teknologi.
Hari ini, hampir semua anak sudah akrab dengan gadget. Mereka bisa betah berjam-jam menatap layar, entah bermain game atau scrolling YouTube. “Kami ingin mengajarkan anak untuk lebih kreatif dan main gadget tapi bermanfaat. Dari main game terus, mending kita buat game sendiri,” tegas Gamma.
Itulah filosofi Robotku School: dari konsumtif menjadi produktif. Dari hanya memakai, menjadi pembuat.
Coding Probolinggo: Dari Mainan Menjadi Bekal Masa Depan
Pameran ini bukan sekadar memajang robot. Ada tiga level robot yang ditampilkan: beginner, basic, dan intermediate. Mulai dari robot sederhana yang bisa bergerak otomatis ketika mendeteksi halangan, hingga robot yang bisa diprogram untuk melakukan tugas tertentu.
Robot-robot ini tidak dibuat untuk mempersulit anak, tetapi justru untuk membuka imajinasi mereka. Anak-anak bisa langsung mencoba menekan tombol, memasang sensor, hingga melihat bagaimana sebuah instruksi coding sederhana bisa membuat mesin bergerak.
Di sinilah letak kekuatan coding Probolinggo yang sedang dikampanyekan Robotku School. Coding bukan hanya barisan angka rumit di layar komputer. Coding bisa jadi menyenangkan, bisa dimainkan seperti puzzle, bahkan bisa dijadikan permainan edukatif untuk anak usia dini.
Anak-anak yang awalnya hanya tahu cara menyalakan tablet, kini bisa tahu bahwa robot bisa “berjalan” karena mereka memberi instruksi. Bahwa game tidak tercipta begitu saja, tetapi ada orang-orang kreatif yang membuatnya. Dan bisa jadi, salah satunya kelak lahir dari Probolinggo.
Kolaborasi Pendidikan: Dari Kampus ke Sekolah
Robotku School tidak berdiri sendiri. Dalam pameran ini, mereka menggandeng AMIK Taruna, Universitas Panca Marga, dan SMKN 1 Probolinggo. Kolaborasi ini menunjukkan bahwa dunia pendidikan tinggi, pendidikan vokasi, dan lembaga non-formal bisa saling menguatkan.
Robot-robot yang dipamerkan sebagian memang dibuat sesederhana mungkin agar mudah dipahami anak-anak. Tapi di balik itu ada nilai penting: robotik bukan hal eksklusif. Ia bisa diakses, dipahami, dan dimainkan siapa saja. Bahkan anak usia 5–7 tahun bisa ikut mencoba.
Salah satu pengunjung, Rahayu Kulyaningsih (59), seorang guru SD di Kota Probolinggo, mengaku terkesan. Ia sengaja mengajak murid-murid dan cucunya datang ke pameran. “Murid saya ini memang hobi robotika. Sudah pernah buat robot sederhana di sekolah makanya saya bawa untuk lihat pameran. Saya juga sengaja mengajak cucu karena dia juga tertarik dengan robotika,” ujarnya.
Dukungan guru seperti Rahayu menjadi bukti bahwa robotik Probolinggo bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan pendidikan masa depan.
Robotik sebagai Sarana Kreativitas dan Hiburan
Salah satu tantangan terbesar pendidikan anak di era digital adalah bagaimana membuat mereka belajar sambil bermain. Anak usia dini sering kali cepat bosan jika hanya diberi teori. Tapi ketika mereka bisa menyentuh, mencoba, bahkan bermain dengan robot, mereka antusias.
Robotku School memahami hal ini. Karena itu, pameran mereka tidak hanya display, tapi juga interaktif. Anak-anak bisa mencoba langsung, orang tua bisa bertanya, bahkan guru bisa mendapat inspirasi untuk dibawa ke kelas.
Robotik di sini tidak hanya melatih keterampilan teknis, tetapi juga melatih logika, kerjasama, dan kreativitas. Anak-anak belajar bahwa setiap robot harus dirancang, diprogram, dan diuji. Tidak selalu langsung berhasil. Ada proses trial and error, yang justru melatih mental pantang menyerah.
Robotku School: Dari Probolinggo ke Kraksaan, Paiton, hingga Surabaya
Tidak berhenti di pameran, Robotku School terus melebarkan sayapnya. Dari pusatnya di Kota Probolinggo, kini Robotku School sudah hadir di Kraksaan, Paiton, dan Surabaya.
Di setiap cabang, program yang ditawarkan sama: kelas coding dan robotik untuk anak usia 5–17 tahun. Program ini disusun berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, Mathematics), dengan pendekatan menyenangkan, berbasis proyek, dan sesuai dengan perkembangan psikologis anak.
Gamma Kristian menegaskan bahwa Robotku School bukan sekadar kursus tambahan. “Kami ingin anak-anak punya bekal sejak dini. Jadi ketika mereka SMP, SMA, atau kuliah nanti, mereka sudah terbiasa dengan dunia teknologi. Tidak kaget, tidak minder, tapi justru percaya diri,” katanya.
Inilah alasan mengapa Robotku School berani menggelar pameran perdana di Probolinggo. Sebagai bukti bahwa anak-anak Probolinggo punya potensi besar, hanya perlu ruang untuk tumbuh.
Mengapa Probolinggo Butuh Coding dan Robotik?
Pertanyaan besar mungkin muncul: mengapa harus coding? mengapa robotik?
Jawabannya sederhana: karena dunia bergerak ke sana. Profesi masa depan, dari dokter, arsitek, hingga seniman, semuanya akan bersentuhan dengan teknologi. Dan coding adalah bahasa baru yang harus dikuasai.
Probolinggo tidak bisa hanya bangga dengan taman-taman indahnya. Kota ini juga perlu menyiapkan generasi yang siap bersaing di dunia digital. Dengan adanya lembaga seperti Robotku School, coding Probolinggo bukan lagi impian, tapi kenyataan yang bisa dijalani sejak usia dini.
Penutup: Dari Probolinggo untuk Indonesia
Pameran robotik pertama di Kota Probolinggo ini bukan sekadar acara sehari dua hari. Ia adalah simbol perubahan. Bahwa Probolinggo bisa, bahwa anak-anak Probolinggo berhak mendapat akses pendidikan teknologi terbaik.
Dari meja-meja kecil penuh robot sederhana itu, mungkin lahir seorang penemu besar di masa depan. Dari anak yang awalnya hanya penasaran menekan tombol robot, bisa jadi kelak lahir seorang programmer game, insinyur, atau bahkan entrepreneur teknologi.
Robotku School telah memulai langkah kecil ini. Kini, saatnya seluruh orang tua, guru, sekolah, bahkan pemerintah ikut mendukung. Karena masa depan bukan hanya milik kota besar. Masa depan juga bisa lahir dari Probolinggo.